6 Penyebab Hati Tidak Tenang Menurut Islam dan Solusinya
Hai Sobat Berkat! Temukan penyebab hati tidak tenang menurut Islam dan solusi spiritualnya agar hidup lebih damai dan penuh berkah. Lengkap dengan insight ulama dan tips praktis.
Pernah nggak sih kamu merasa gelisah tanpa sebab? Rasanya hati nggak tenang, pikiran kacau, dan susah fokus dalam menjalani hari.
Nah, kalau kamu sedang mengalami hal seperti ini, mungkin sudah saatnya kita tengok lagi hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dalam Islam, hati yang tenang itu bukan cuma soal mood atau suasana, tapi berkaitan erat dengan kondisi spiritual dan keimanan seseorang.
Artikel ini bakal kupandu dengan gaya santai tapi berbobot, membahas secara lengkap penyebab hati tidak tenang menurut Islam dan bagaimana cara mengatasinya.
Kita bakal bahas sumber-sumber dari Al-Qur’an, hadis, dan juga pandangan ulama.
Pentingnya Ketenangan Hati dalam Islam
Ketenangan hati adalah salah satu nikmat yang luar biasa dari Allah. Bahkan dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa ketenangan hanya bisa didapat dengan mengingat-Nya:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Bayangin deh, kamu punya harta, jabatan, bahkan popularitas, tapi kalau hati kamu gelisah terus, hidup jadi hambar. Sebaliknya, orang yang sederhana tapi hatinya tenang bisa lebih menikmati hidup.
Dalam Islam, hati yang tenang jadi fondasi utama untuk hidup yang sehat secara spiritual dan emosional.
Penyebab Hati Tidak Tenang Menurut Islam
Berikut adalah beberapa penyebab hati tidak tenang menurut Islam, yaitu:
1. Jauh dari Zikir dan Mengingat Allah
Ketika hati jauh dari zikir, ia akan mudah dikuasai oleh kegelisahan dan kekosongan. Seperti handphone yang baterainya habis, hati yang tidak disambungkan dengan Sang Pencipta akan kehilangan energi positifnya. Zikir adalah cara sederhana tapi powerful untuk menenangkan pikiran dan menyambungkan diri dengan Allah.
Zikir tidak harus menunggu waktu khusus. Saat di jalan, sebelum tidur, atau bahkan saat menunggu, kita bisa mengucap “Subhanallah” atau “Astaghfirullah” dalam hati.
Kebiasaan ini bisa menjadi semacam pelindung dari serangan gelisah yang tiba-tiba datang. Bayangkan zikir seperti password Wi-Fi yang membuka akses ketenangan dari langit.
2. Dosa dan Perbuatan Maksiat
Dosa yang menumpuk, meski terlihat kecil, bisa menggerogoti ketenangan hati. Bahkan dosa yang dianggap sepele—seperti menunda shalat, bergosip, atau menyakiti hati orang lain—bisa meninggalkan noda dalam hati. Semakin lama tidak dibersihkan dengan taubat, hati makin sulit menerima cahaya kebenaran.
Perasaan bersalah yang terpendam tanpa penyaluran melalui taubat bisa membuat hati terus merasa tertekan. Dalam jangka panjang, ini bisa memicu depresi spiritual.
Itulah kenapa penting untuk menjaga diri dari maksiat sekecil apapun dan segera memohon ampun ketika tergelincir.
3. Kurangnya Rasa Syukur
Ketika seseorang terlalu fokus pada apa yang belum ia miliki, ia akan melupakan banyak nikmat yang sudah ada. Hati yang tidak terbiasa bersyukur akan terus merasa tidak cukup, tidak puas, dan rentan gelisah. Padahal, rasa syukur bisa jadi sumber energi positif yang menyejukkan jiwa.
Islam sangat menekankan pentingnya bersyukur dalam segala keadaan. Bahkan dalam kondisi sulit sekalipun, ada hal yang bisa disyukuri. Misalnya, saat sakit, kita masih diberi kesempatan untuk beristirahat dan muhasabah.
Dengan bersyukur, hati akan lebih damai dan tidak mudah galau.
4. Hati yang Dipenuhi Hasad, Dengki, dan Iri
Perasaan iri dan dengki adalah penyakit hati yang sangat beracun. Ketika hati selalu merasa tidak senang melihat orang lain bahagia, ia akan terus didera kegelisahan. Iri hati mencuri kebahagiaan kita, karena fokus kita bukan lagi pada kebahagiaan diri, tapi pada keberhasilan orang lain.
Dalam Islam, hasad dilarang keras karena dapat merusak amal dan memperkeruh hati. Daripada sibuk membandingkan hidup, lebih baik mengisi waktu dengan hal bermanfaat.
Ingat, rumput tetangga memang terlihat lebih hijau, tapi bisa jadi karena kamu belum siram rumputmu sendiri.
5. Tidak Menjaga Hubungan Sosial dan Silaturahmi
Manusia adalah makhluk sosial. Ketika hubungan dengan keluarga, teman, atau tetangga renggang, hati bisa terasa kosong dan sunyi. Putusnya silaturahmi bukan hanya berpengaruh pada rezeki, tapi juga berdampak pada ketenangan batin.
Islam mengajarkan pentingnya menjalin dan merawat hubungan sosial. Sekadar menyapa, bertanya kabar, atau berbagi makanan bisa jadi bentuk silaturahmi yang menumbuhkan rasa damai. Coba tengok juga artikel mengapa anak yatim dimuliakan untuk refleksi sosial dan hati yang lebih empatik.
6. Kurangnya Tawakal dan Ketergantungan Penuh kepada Allah
Terlalu bergantung pada manusia atau dunia sering kali berujung pada kekecewaan. Saat ekspektasi tidak terpenuhi, hati jadi rapuh. Padahal, tawakal mengajarkan kita untuk melakukan yang terbaik dan menyerahkan hasilnya kepada Allah dengan penuh keyakinan.
Tawakal bukan pasrah buta, tapi sikap batin yang tenang karena percaya bahwa Allah Maha Tahu apa yang terbaik. Dengan tawakal, kita bisa tetap tenang meski keadaan belum sesuai harapan.
Seperti pelaut yang tetap tenang karena tahu nakhoda kapalnya adalah Yang Maha Bijaksana.
Baca Juga : 9 Keutamaan Menyayangi Anak Yatim: Pahala dan Manfaatnya
Solusi Saat Hati Tidak Tenang
1. Perbanyak Zikir dan Istighfar
Zikir dan istighfar seperti vitamin harian bagi hati. Semakin sering dilafalkan, semakin kuat imun spiritual kita terhadap gangguan hati yang gelisah. Istighfar juga menjadi bentuk pengakuan atas kekhilafan kita, yang justru mendatangkan rahmat dari Allah.
Mulailah dengan zikir-zikir ringan setelah shalat atau saat santai. Jangan lupa juga istighfar setiap pagi dan malam, agar hati lebih ringan. Percaya deh, amalan ini sederhana tapi efeknya terasa banget. Seolah hati kita disapu bersih dan disegarkan kembali.
2. Shalat Tepat Waktu dan Khusyuk
Shalat bukan hanya kewajiban, tapi juga momen recharge spiritual. Ketika kita menjaga waktu shalat dan berusaha khusyuk, hati jadi lebih tenang dan terarah.
Shalat adalah komunikasi langsung dengan Allah, yang tentu akan menenangkan bagi siapa pun yang merindukan-Nya.
Coba mulai dengan menyadari setiap bacaan dalam shalat. Jangan buru-buru, dan siapkan waktu agar tidak tergesa. Dengan begitu, shalat bisa jadi tempat terbaik untuk mengeluh dan menumpahkan semua keresahan kepada Yang Maha Mendengar.
3. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur’an
Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tapi juga direnungkan. Ayat-ayatnya punya kekuatan menenangkan hati yang sedang kalut. Dalam setiap ayat, selalu ada pelajaran, penghiburan, atau teguran yang pas dengan kondisi kita.
Luangkan waktu beberapa menit setiap hari untuk membaca dan memahami makna Qur’an. Bisa dimulai dari surah pendek yang sering kita baca.
Kalau perlu, gunakan tafsir atau aplikasi yang membantu memahami konteks ayat. Dijamin, makin sering kamu berinteraksi dengan Qur’an, hati makin adem.
4. Muhasabah Diri dan Taubat
Kadang, hati gelisah karena ada kesalahan yang belum kita sadari atau akui. Muhasabah adalah proses mengenali kekurangan dan dosa, lalu bertekad untuk memperbaikinya. Proses ini nggak selalu nyaman, tapi sangat menyembuhkan.
Luangkan waktu malam hari sebelum tidur untuk menilai diri. Apa saja yang sudah kita lakukan hari ini? Apa yang bisa diperbaiki besok? Lalu akhiri dengan taubat dan doa.
Seperti reset button, muhasabah membantu kita memulai hari esok dengan hati yang lebih bersih.
5. Menjaga Amal dan Sedekah
Sedekah adalah salah satu cara tercepat untuk menenangkan hati. Saat kita memberi, rasa bahagia dan damai akan mengalir begitu saja. Bahkan dalam kesempitan sekalipun, berbagi bisa jadi obat dari kegelisahan.
Nggak harus besar. Kamu bisa mulai dengan berbagi makanan, membantu tetangga, atau berdonasi online. Karena seringkali, ketika kita membantu orang lain, hati kita sendiri yang merasa tertolong.
Baca Juga : 8 Cara Menggalang Dana untuk Pribadi dengan Efektif
Pandangan Ulama tentang Hati yang Gelisah
Ulama-ulama besar sepakat bahwa hati yang gelisah adalah tanda bahwa jiwa sedang haus akan kedekatan dengan Allah. Imam Al-Ghazali menyebut bahwa hati manusia memiliki fitrah untuk tenang saat dekat dengan Rabb-nya. Maka ketika hati jauh, ia akan resah dan kosong.
Menurut para ulama, solusi atas kegelisahan bukanlah pelarian ke dunia, tapi kembali kepada Allah. Mereka menganjurkan kombinasi antara ibadah, introspeksi, dan peningkatan amal. Bahkan sedikit perubahan dalam rutinitas ibadah bisa memberikan pengaruh besar pada kebahagiaan batin kita.
Kalau kamu merasa hatimu sedang resah, jangan tunggu lebih lama. Mulailah dari hal kecil: istighfar, shalat tepat waktu, atau bersedekah. Kamu bisa berbagi kebahagiaan dan bantu orang lain lewat platform donasi online seperti rumahberkat.com.
Karena terkadang, ketenangan hati justru datang saat kita bisa memberi makna pada hidup orang lain.
FAQs
Apa penyebab hati resah menurut Islam?
Penyebab utamanya antara lain jauh dari zikir, dosa yang menumpuk, kurang syukur, dan ketergantungan berlebihan pada dunia. Semua ini bisa bikin hati terasa sempit.
Amalan apa yang bisa menenangkan hati?
Zikir, shalat khusyuk, baca Qur’an, taubat, sedekah, dan memperbaiki silaturahmi. Semua ini sudah terbukti menyejukkan jiwa.
Apakah hati yang gelisah adalah pertanda dosa?
Bisa jadi, iya. Tapi bukan berarti kita harus putus asa. Justru itu adalah panggilan agar kita kembali kepada Allah dan memperbaiki diri.